AIR PUTIH
Dengan pagi bening, Kau masuki rumahku demi rumahku
dalam rumah-Mu sendiri. Mengucap salam dan shalawat
dan kuterima sebagai puisi. Atau bahagia.
(Menghirup sperma semesta, bergumul dalam yang pertama
--Wahai dunia, menepilah. Tunduklah pada Jiwa
Dalam bayang segala, tak sampai badan segenggam.)
Dengan dingin dzikir, Kau sentuhkan tubuh-Mu dalam tubuhku
--dalam tubuh-Mu sendiri. Mengucap nama-Mu dan namaku
Namun yang mengalir hanya Kau. Hanya Aku.
(Menghanyut dalam arus azali, melarut dalam Cinta
--Wahai surga, minggirlah. Sujudlah pada jalan utama.
Dalam bayang wajah-Nya, kau bukan apa-apa.)
Dengan pagi bening, Kau masuki rumahku demi rumahku
dalam rumah-Mu sendiri. Mengucap salam dan shalawat
dan kuterima sebagai puisi. Atau bahagia.
(Menghirup sperma semesta, bergumul dalam yang pertama
--Wahai dunia, menepilah. Tunduklah pada Jiwa
Dalam bayang segala, tak sampai badan segenggam.)
Dengan dingin dzikir, Kau sentuhkan tubuh-Mu dalam tubuhku
--dalam tubuh-Mu sendiri. Mengucap nama-Mu dan namaku
Namun yang mengalir hanya Kau. Hanya Aku.
(Menghanyut dalam arus azali, melarut dalam Cinta
--Wahai surga, minggirlah. Sujudlah pada jalan utama.
Dalam bayang wajah-Nya, kau bukan apa-apa.)
Komentar
Posting Komentar